Apakah aku lupa namamu, Kawan?


Lama sudah tulisan ini aku simpan, sebenarnya apalah susahnya mengucapkan kata yang nyatanya tak semudah memejamkan mata. Tersesat dalam hutan kata, tenggelam dalam waktu. Kucampakkan segala kertas, hingga tak ada sisa di kepala. Biar kujelaskan kepadamu, kita lakukan hitung-hitungan, yang akhirnya kita tanya dan jawab sendiri.  Tapi hanya satu yang terlewat, nama.  Kaukah itu, isi kepala… Lanjutkan membaca Apakah aku lupa namamu, Kawan?

Hal – hal yang tak Tertundukkan.


Banyak hari yang ingin aku lukiskan, misalnya seperti, ‘pertengahan bulan September’ atau ‘hari Jumat dan Sabtu kita’. Hari-hari yang dapat dianggap sama dengan hari lainnya akan tetapi mempunyai temperatur yang berbeda, khususnya bagi ingatan. Sepanjang kita membicarakan hari, tanpa temperatur dimana mereka dinyatakan, ingatan tidak akan memegang peranan sama sekali. Ingatan hanya berlaku dalam menerjemahkan… Lanjutkan membaca Hal – hal yang tak Tertundukkan.

.Seperti Menguasai Penguasaannya Sendiri.


Masih. Tidak sepaham. Tidak sepengertian pemikiran. Tidak sependapat. Sah saja. Karena bebas untuk saling menilai, saling mengkritik bahkan saling menghakimi yang pastinya dilandasi oleh rasa keterbatasan sebagai makhluk yang tidak sempurna. Karena kecenderungan berbeda- beda itu tidak muncul dari niatan sengaja untuk bersikap otoriter terhadap suatu keadaan. Paling jauh adalah ungkapan diri untuk senantiasa mempertahankan… Lanjutkan membaca .Seperti Menguasai Penguasaannya Sendiri.

Kelanjutan dari aku ke aku dari hari ke hari.


Kemanapun hilangnya, toh rasa ini kembali lagi padaku. Atau lebih tepatnya, aku yang kembali padanya. Sekarang aku masih percaya bahwa benci masih lebih kuat daripada rindu. Hanya saja, aku butuh waktu lama untuk melupakannya.  Aku mengakui keletihan ini, aku bahkan kehilangan benang merah tiap kata segala peristiwa yang berlalu saja setiap hari. Kehilangan situasi dalam suatu… Lanjutkan membaca Kelanjutan dari aku ke aku dari hari ke hari.

.kita hanya ada sepanjang kita bergantung bersama.


kita hanya ada sepanjang kita bergantung bersama. ingatan ada selama kita bersama. ketika ingatan menganggap kenangan adalah sebuah sejarah. nostalgia yang tak tersembuhkan akan suatu dunia yang telah lama hilang. adalah kekuatan ingatan untuk mewujudkan apa yang ada dan yang telah ada menjadi kepingan-kepingan kenangan mengerak di lapisan dasar sejarah terlepas dari biasnya prasangka. ironi-ironi… Lanjutkan membaca .kita hanya ada sepanjang kita bergantung bersama.

kapak lupa, pohon ingat.


sama halnya denganku yang mengingat segala peristiwa dengan caraku sendiri. bagaimana aku mengingat semua meskipun belum tentu bagaimana peristiwa tersebut terjadi. sama halnya dengan hujan hari ini, celakanya tak hanya mengingatkan aku akan bagaimana caranya agar tidak basah. tapi, lebih dari itu. lebih. bertubi-tubi mencoba mendefinisikan peristiwa ini dalam hal orang lain. meskipun ini sangat… Lanjutkan membaca kapak lupa, pohon ingat.

Lagi, Satu Rasa : Kata.


  Pada mulanya adalah bukan kata, tapi rasa. Satu kata yang dirasakan hingga menjadi rasa yang terkatakan. Makna, mungkin perlu makna untuk menjembatani agar kata tak terpisahkan dari rasa, meskipun rasa juga merupakan pemberontakan dari kata. Ini tentang sebuah kata yang tengah ku rasa. Aku melihat, tiap kata memiliki rasa yang berbeda hingga mampu melahirkan… Lanjutkan membaca Lagi, Satu Rasa : Kata.

.Layani aku dengan senyumanmu.


Pada suatu sembarang keadaan. Aku sukar bernafas, telinga semakin panas, udara terasa semakin gerah hingga menyesakkan dada, mendengar peristiwa-peristiwa yang sengaja diringkas sedang emosi semakin tertahan. Pada cuaca yang sedang seperti ini, yang kulakukan hanyalah menghambur-hamburkan perasaan ini.  Ini tidaklah mudah, meskipun aku membawa sekotak kebenaran sedang kamu juga mempunyai sekoper kebenaran. Iya, seperti itulah kebenarannya, kata… Lanjutkan membaca .Layani aku dengan senyumanmu.

Hai telinga, apa kabar?


Cukuplah sudah kata-kata, cukup sudah teriakan-teriakan. Hanya kata rindu. Tapi jadi awal dari segalanya. Kita yang jauh pada jarak sedang langkah telah didekatkan oleh keasingan. Ini adalah salah satu kegiatan yang sering ku ulang. Mengeluh.  Gumpalan unek-unek ini rentan pecah menjadi kata. Kapan, di mana, dan oleh apa saja. Iyah, kata yang tersusun menjadi kalimat curhatan.… Lanjutkan membaca Hai telinga, apa kabar?

maaf, aku kembalikan lagu ini padamu.


Memang tidak semuanya menjadi manis setelah itu. Proses inilah yang konon, ditempat lain,  telah melahirkan berbagai peristiwa dalam suatu hubungan yang tidak pernah jelas, setidaknya menurut kata-kata dan rasa. Ketika garis perbatasan pun ditarik, antara kita dan bukan kita. Dan garis itupun mengeras. Melebur pada sebuah kebetulan yang terbayar oleh waktu. Aku sebagai kaum surrealis sok-sokan… Lanjutkan membaca maaf, aku kembalikan lagu ini padamu.